Arab Saudi Memvonis Penjara 12 Tahun Terhadap Hafiz Al-Qur’an – Organisasi yang menaungi hak asasi manusia di Arab Saudi tidak menerima keputusan pengadilan yang memvonis 12 tahun penjara terhadap hafiz penghafal Al-Qur’an. Hafiz ini juga adalah seorang imam di Arab Saudi. Imam tersebut bernama Abdullah Basfar dituntut karena mengimami salat di lapangan Masjid Hagia Sophia yang terletak di Turki setelah menerima undangan.
Organisasi mengecam vonis yang dijatuhkan, dan juga mendesak pengadilan dan pihak yang berweang untuk membebaskan sang hafiz tanpa syarat. Menurut pemberitaan Basfar ditangkap karena mengimami salat di Turki tepatnya di lapangan Hagia Sophia yang tersebar secara online pada tahun 2014. Penangkapan terjadi karena hubungan antara Negara Arab Saudi dan Turki masih sangat buruk. Bukan hanya Basfar yang ditangkap namun beberapa tokoh imam, tokoh agama, dan akdemis juga ditangkap. Penyebab ditangkapnya beberapa orang ini dikarenakan Saudi berupaya untuk mengatasi ekstrimis. Banyak juga yang berpendapat bahwa penahanan dilakukan untuk menekan oposisi dari pemerintah.
Penyebab Beberapa Tokoh Agama Islam Ditangkap Saudi
Pemuka agama yang memiliki jam terbang yang tinggi seperti Abdullah Basfar dihukum penjara. Namuan beberapa nama yang juga heboh saat ditangkap karena negara ingin menekan dan menghilangkan ekstremisme. Pendapat lain juga dilontarkan karena pemerintah ingin menghapus identitas yang religious di Saudi. Namun lebih jelas lagi dapat di simak beberapa tokoh yang dipenjara beserta penyebabnya di bawah ini.
• Hafiz Al-Qur’an Abdullah Basfer
Tokoh satu ini ditangkap pada tahun 2014 dikarenakan memimpin sholat di Turki. Namun ia ditangkap di tahun 2020, namun belum ada penjelasan pasti mengapa sang imam di tangkap. Namun salh satu penyebab adalah memimpin salat saat keadaan Turki dan Saudi memburuk.
• Imam Sheikh Saleh Al-Thalib
Imam ini adalah imam Masjidil Haram, setelah mendapatkan hukuman selama sepuluh tahun penjara sekarang ia sudah menjadi mantan imam di masjid tersebut. Salah satu alasan mengapa ia ditahan dikarenakan cermah yang di lakukan pada tahun 2018.ceramah yang ia bawakan mengandung penentangan terhadap kebijak yang sduah dibust Saudi. Salah satu kritiknya ialah membolehkan campuran anta dua gender laki-laki dan perempuan di ruang publik. Pada saat itu memang peraturan perundang-undangan membolehkan pria dan wanita dalam ruang publik. Bukan hanya itu ia mengatakan bahwa kaum Islam memiliki kewajiban untuk menegor dan menentang kejahatan di depan umum atau publik. Setelah mendekam di penjara selama empat tahun, banyak aktivis yang berwenang untuk membebaskan sang imam. Setelah itu menggandeng kuasa hukum Al-Thalib mengajukan banding atas kasus yang ia jalankan. Namun pengadilan membebaskan ia dari dakwaan yang sudah di lapor. Pengadilan mengambil bijak dengan menjatuhkan hukuman selama sepuluh tahun terhadap sang imam.
• Ulama Sheikh Salman A-Awda
Seorang ulama ini dibui karena sudah mendukung rekonsiliasi yang akan dilakukan pada kerajaab Qatar. Awda ditangkap karena dukungan yang ia berikan terhadap kerajaan Qatar. Awda ditangkap Saudi pada tahun 2017, menurut organisasi yang menaungi hak asasi manusia karena mendukung rekonsiliasi Saudi dan Qatar.
Pada bulan sebelumnya Saudi memutus hubungan dengan Qatar baik itu ekonomi, diplomatic, dan semua kerja sama dan akses yang berhubungan dengan Qatar.dikap yang ditunjukkan Awda merupakan salah satu cara radikalisme dan teroris yang mengancam. Menurut penyataan teman Diha bahwa Sauidi meminta para ulama agar mendukung terhadap kebijakan pemerintah, namun Awda tadak sejalan dan menolak.
• Ulama Sheikh Suleiman Dweesh
Penangkapan yang dilakukan Saudi terhadap Sheikh Suleiman Dweesh karena berpendapat yang mengkritik mengenai pemimpin de facto dari Putra Mahkota yang pada saat itu dijukan kepada Mohammed bin Salman. Setelah didekam dalam penjara ulama ini meninggal dunia, banyak yang berspekulasi bahwa ia meninggal karena disiksa di dalam penjara. Pemilaian terhadap otoritas di Saudi semakin mendukung para ulama karena sikap yang ia tunjukan cukup tidak manusiawi. Kebebasan ekspresi seperti mengkritik dan berpendapat semakin susah saat Mbs berkedudukan menjadi PM di Arab Saudi.
Saat kepemimpinan Mohammed bin Salman menjadi PM yang memiliki hak memimpin Arab Saudi membuat kerjaan sering menangkap para ulama serta beberapa tokoh yang berani mengkritik mengenai kebijakan pemerintah Arab Saudi. Selain itu saat kepemimpinan Mbs juga membuat hubungan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat menjadi kurang baik dan berkonflik. Alasan rusaknya hubungan ini dikarenakan produksi minysk yang kapasitasnya dikurangi. Ini sesuai dengan penyataan OPEC+ sebagai wadah yang menaungi negara pengekspor minyak yang akan memangkas produksi minyak yang dilakukan sebanyak dua juta barel per hari. Sehingga pemerintah AS mrengira bahwa Saudi bekerja sama dengan negara Moskow dalam langkah mengurangi produksi minysk ini. Oleh karena itu AS yang dipimpin oleh Joe Biden menegaskan Saudi bahwa akan menerima konsekuensi dari sikap yang dilakukan dan keputusan yang diambil. Sebelumnya hubungan AS dan Saudi merupakan hubungan yang erat namuj saat ini berubah menjadi konflik setelah Putra Mahkota yang memimpim atau Mohammed bin Salman yang sering di sebut Mbs.
Pada tahun 2022 ini Biden berkunjung ke Saudi dan ingin memperbaiki hubungan dua negara yang berkonflik, selain itu tujuan Biden adalah meminta bantuan karena harga bahan energi semakin tinggi. Selain itu permasalahan yang mengakibatkan perang di Yaman, AS membantu agar lebih mengurangi pengaruh Iran agar perselisihan tersebut bisa selesia. Saat kunjungan itu Saudi bersedia untuk menaikan produksi minyak sebanyak 50 persen namun tidak lama kemudian pada bulan Oktober tepatnya OPEC mengeluarkan pernyataan mengurangi produksi.